Kamis, 03 Juli 2014

Introducing Occupational Therapy

"Occupational Therapy? What is that?"

Just one type of questions was frequently asked to an Occupational Therapy's student. Epecially when I met a new acquaintance or even an old friend. Sorry to say, but an Occupational Therapist doesn't do a massage, acupuncture, or making an aroma therapy. *I will say no, say no ♪♬ (backsound by Tasya - Say No). We really really NOT do that things. -_- -_-.

I wonder why they're almost or even always correlate a 'therapist' word with a massage. Why? Why? Can you tell me? Well, okay.. in considering our partner, a physical therapist do a massage but not just an easy massage, man! they learnt about physiology, kinesiology  etc. (me too) and dear, there's too much kind of therapy that you just can't simply correlating them into one thing. :'D

In Indonesia there are just two school/college that Occupational Therapy is avaliable in, which is Poltekkes Solo (under the Ministry of Health) and Universitas Indonesia (under the Ministry of Education and Culture). Because Occupational Therapy is a brand new thing in Indonesia then I think it's the reason why Occupational Therapy is less-familiar on you.

Back to Occupational Therapy (the doer called an Occupational Therapist), we're a part of medical rehabilitation team with physiatrists (a medical doctor or doctor of osteopathic medicine), neuropsychology, nurse, physio therapy, and speech therapy.
Refers on WFOT (World Federation of Occupational Therapist), Occupational therapy is a client-centred health profession concerned with promoting health and well being through occupation. The primary goal of occupational therapy is to enable people to participate in the activities of everday life or for the simply, we're help people with mental, physical or social disabilities to independently carry out everyday tasks or occupations.
Generally, our clients classified into four science of study. Which is paediatric (children-- most of them had affliction of growth and development. Ex: autisme, celebral palsy, down syndrome, etc.), geriatric (old age-- mainly caused by decrease of body function. Ex: osteoporosis, parkinson's desease, alzheimer's desease, etc.), psychosocial's problem (skizofrenia, drug's addiction: narcotic, alcohol, psycotropic, and depression), and physical rehabilitation (they had limitation. Ex: stroke, fracture, cancer, etc.)

You might wondering how we work. Are we givin' them a medicine? Are we teach them?. Okay, I'm gonna tell you..
The job description of an Occupational therapists are create individual treatment programmes to help people carry out their daily tasks and with more confidence and independence (assesment). They may suggest changes to the person's environment, whether that be at home, work or school, and may introduce the use of equipment which will help with some activities (planning & intervention) Then, an Occupational therapists review the treatments periodically, evaluate progress and make changes to the treatment as needed (cooperate).

On my deepest heart I dream of the balance between a doctor, healthcare practitioner and medical personnel (both in terms of quantity and public views). It's okay if you adore a doctor, a doctor wanna be or dreaming if someday you had a doctor in your life as a husband.. yeah, it's okay. Me too. #GakDeng #Canda but seriously, I'm gonna tell you that a doctor, a healthcare practitioner and a medical personnel are just like a married people. They complete and loving help each other. No wonder then if you found them into a real relations as a life partner. :3

Pssstt... Did you know that Occupational Therapy was one of 10 best career in United States of America at 2013? You'd better read this!: http://m.detik.com/finance/read/2013/04/25/103111/2229985/4/

Cheers!
Bekasi, West Java, Indonesia. July 3rd 2014
Diah Tri Puspita
An Occupational Therapy student



Sumber:
http://imani-prokami.org/selayang-pandang-okupasi-terapi/
http://www.wfot.org/aboutus/aboutoccupationaltherapy/definitionofoccupationaltherapy.aspx
https://www.caot.ca/default.asp?pageid=3027
http://www.prospects.ac.uk/occupational_therapist_job_description.htm

Senin, 21 April 2014

Selamat Hari Kartini, Wanita Indonesia.

Suatu pagi yang cerah, di tengah ramainya hiruk-pikuk kendaraan yg melintasi depan sebuah SD negeri di kawasan Depok, ada sesuatu yang menarik disana ketika kau amati baik-baik.
Saat itu banyak kendaraan roda dua terparkir di luar gerbang SD tersebut. Banyak pula orang tua murid yang terlihat sedang menanti. Aku dan tiga orang temanku kemudian mendekat, terlihat banyak dedek-dedek unyu sedang memakai pakaian adat. Ada yang memakai pakaian adat Bali, Betawi, Padang, dll.. "Yang paling enak mah kalo punya anak cowok. Bajunya simpel gitu" komentarku ketika melihat barisan anak laki-laki. "Iya, kasih aja baju koko jumatan sama songket. Wkwk" sahut temanku.

* * *

Semoga dengan membaca tulisan ini, tidak ada lagi anggapan bahwa seorang wanita tidak perlu memiliki pendidikan yang tinggi, alias "Ujung-ujungnya Dapur".

* * *

Raden Ajeng Kartini, adalah puteri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang bupati Jepara. Semasa hidupnya, RA Kartini memperjuangkan emansipasi wanita lewat pemikiran dan tulisan-tulisannya. Ia kerap melakukan korenpondensi kepada sahabat-sahabatnya di Belanda. Ia sangat tertarik dengan persamaan hak antara pria dan wanita di Eropa, juga cara berpikir mereka. Kartini menganggap, wanita pribumi masih berada dalam status sosial yang kurang.
Setelah wafat, surat-surat Kartini yang dulu pernah ia kirimkan kepada teman-temannya, mulai dibukukan oleh Mr. J.H. Abendanon yang berjudul: "Habis gelap terbitlah terang". Buku ini juga yang telah memberi inspirasi dan menggugah pikiran pada banyak wanita pribumi.

Dengan mengatasnamakan emansipasi, saat ini banyak sekali wanita yang dapat melakukan hal-hal yang biasa dilakukan oleh seorang pria. Termasuk pekerjaan. Mereka menjadi terlalu mandiri dan sulit terkontrol. Padahal, dalam beberapa hal pula wanita ingin diberi hak istimewa (gerbong kereta khusus wanita, tempat duduk, apa-apa ladies first). Jadi sebenarnya, sudah fitrahnya seorang wanita ketika sudah berumah tangga adalah mengurus keluarga (suami dan anak-anaknya). Tetapi aku juga nggak setuju dengan anggapan bahwa wanita tidak perlu mengenyam pendidikan yang tinggi, karena dari seorang ibu-lah seorang anak di didik untuk pembentukan karakternya semenjak dini. Dan jangan lupa, seorang ibu yang cerdas akan melahirkan anak-anak yang cerdas pula. :)

Rabu, 05 Maret 2014

Sebuah Cerita di Kereta

Picture by Google

Hari ini aku baru saja mendapatkan sesuatu yang membuat hatiku terkelu, sedih. 
Siang tadi aku kembali ke rumahku di Bekasi karena akan mengambil sesuatu yang tertinggal. Sambil menunggu kereta datang, aku membaca buku praktikum anatomi yang baru saja aku beli kemarin, setengah menggerutu karena uang bulananku lagi-lagi dipakai untuk membeli atau memotokopi buku. Padahal kan nanti mau ikutan sbmptn lagi udah gitu dibaca semua juga belum tentu, tapi kalau nggak beli gimana belajarnya.. Gumamku dalam hati. 
Tidak jauh dariku, aku menoleh pada seorang wanita lanjut usia yang memiliki disabilitas pada pengelihatannya sehingga ia membawa tongkat di tangannya bersama seorang pria. Saat itu aku berpikir pria itu adalah keluarganya, sehingga mereka akan naik gerbong campur. Aku kembali pada bacaanku dan kemudian, kereta tujuan Bekasi-pun tiba, karena tidak begitu ramai aku tidak perlu berdesakan naik dan mendapatkan tempat duduk. Tidak lama setelah aku duduk, datanglah wanita lanjut usia yang tadi aku lihat bersama seorang wanita muda, bukan bersama pria tadi. Wanita muda itu segera memapah ibu tersebut ke arah tempat duduk tepat di sebelahku. "duduk disini, Bu" begitu katanya. Perasaanku langsung campur aduk. Bagaimana bisa aku langsung duduk nyaman padahal diluar sana tadi ada seseorang dengan keterbatasan pengelihatannya dan tanpa didampingi oleh keluarganya? Bagaimana bisa aku langsung menyimpulkan kalau pria tadi adalah keluarganya sehingga aku langsung naik kereta? Ya Allah.... Padahal dipangkuanku ada dua buah buku anatomi yang ada embel-embel kedokterannya. Aku sangat malu.. Aku seharusnya menjadi seseorang yang lebih peka dan peduli terhadap penyandang disabilitas dan kaum difable sepertinya. Seseorang yang akan menjadi okupasi terapis, berada di jurusan yang nantinya akan melahirkan seorang terapis yang akan membantu orang-orang dengan disabilitasnya agar menjadi mandiri. 

Dadaku menjadi sesak, tenggorokanku rasanya sakit. Dan rasanya air mata ini sudah berada di ujung mataku. 

Aku memberanikan diri untuk memulai percakapan dengan ibu tersebut, "Ibu mau turun di stasiun apa?" ibu itu menoleh, dan dengan suaranya yang terdengar polos, "Stasiun Kranji.." Aku menatapnya, membayangkan jika aku harus kemana-mana sendiri padahal aku tidak mampu melihat apa yang ada di sekitarku, aman atau tidak. Bukankah itu sangat menakutkan? Membayangkan bahwa naik kereta bukanlah perkara mudah karena pijakan aspal ketika turun terkadang jaraknya terlalu jauh atau terlalu rendah sehingga mengharuskan kaki kita melangkah lebih besar. 

Aku tidak bisa mengalihkan pikiranku pada hal yang lain, sering aku menengok kesamping memperhatikannya yang sedang mengeluarkan beberapa lembar uang receh. "Mbak ini uangnya ada seribuan nggak?" Ditangannya terdapat 1 lembar uang seribu, 5 lembar uang dua ribu dan 2 lembar uang lima ribu "iya.. Ada kok bu.." penumpang lain di hadapan kami jadi ngeliatin gitu "yang mana ya?" aku segera mengambil uang seribu dari tangan kirinya dan memindahkannya ke tangan kanannya, "yang ini bu..". "kalau lima ribuannya ada berapa?" "ada 2 lima ribuan dan 5 lembar 2 ribuan bu.." Dan aku langsung memisahkan uang 5 ribuan ibu itu dari campuran uang 2 ribuannya dan memberikan yang 5 ribuan itu ke tangan kanannya "ini 5 ribuannya bu, yang itu 2 ribuan" kemudian Ibu itu memasukan uangnya ke dalam tasnya. "mbak kalau ini tiga ribu?" Di tangannya ada selembar uang seribu dan selembar uang dua ribu, "iya itu tiga ribu, Bu" tersunging senyuman di wajah ibu itu, "terima kasih ya, Mbak". Subhanallah rasanya senang sekali... "iya sama-sama, Bu". Stasiun demi stasiun terlewati dan kami hanya terdiam. Mungkinkah mencoba Allah memberitahuku sebuah contoh nyata, bukan hanya sekedar kuliah-kuliah yang sering aku dengar dari dosen? Entahlah..

Terdengar suara announcer dalam kereta menyebutkan stasiun kranji, Ia seperti akan berdiri, "Ibu di Kranji juga kan? Saya juga. Nanti kita turunnya bareng aja ya, Bu" "ooh kamu Kranji juga? Iya.. Iya.. Terima kasih ya". Penumpang lain yang duduk tepat di depanku termasuk wanita muda yang tadi membantu memperhatikan kami, "Turun di Kranji juga, Mbak?" "Iya turun di Kranji" "Bareng? (Sambil menunjuk Ibu yang duduk disebelahku)" "Iyaa bareng.." "ooh iya iya". Aku terlebih dahulu berdiri dan memegangi lengan Ibu tersebut, di sebelahnya ada Ibu muda yang juga membantu. "Langkah kakinya agak lebar ya, Bu. Soalnya ini rendah sekali" aku juga sebenarnya bingung bagaimana cara memandunya. Tapi untunglah, ketika turun, ada seorang ibu yang memanggilkan petugas di stasiun untuk memapah si Ibu ini turun.

Aku dan seorang ibu muda berjalan menemaninya, kami sempat bertanya mengapa ia sendirian, ia bilang karena tidak ada yang menemani. Kami tidak menanyakan lebih lanjut kenapa ia tidak ditemani. Kami kemudian menanyakan kemana tujuan si ibu dan ternyata memiliki rumah di dekat masjid yang harus menyebrangi rel kereta. Jujur saja ini sangat berbahaya tapi ia sudah terbiasa seperti ini. Melihat kami, seorang petugas stasiun langsung datang untuk menuntun si ibu. Lalu, disinilah kami berpisah. Aku harus keluar lewat pintu kiri dan mereka lewat pintu kanan.
 Aku berharap, suatu saat nanti negara kita lebih peduli terhadap fasilitas penyandang disabilitas dan mereka dapat melakukan aktifitas secara mandiri dan aman.

Minggu, 02 Maret 2014

Untuk Seseorang...


Untuk seseorang yang hatinya tertambat pada satu cinta

Untuk seseorang yang menempuh ribuan jarak

Hanya untuk berjumpa dengan kau 

Untuk seseorang yang menolak pada setiap pilihan yang datang

Untuk seseorang yang telah mengunci setiap rindu

Untuk menjaga cintanya padamu

Untuk seseorang yang merindu akan sinar matamu

Untuk seseorang yang bahagia t'lah menatap lengkungan senyummu

Untuk seseorang yang hanya bisa diam membisu

Untuk seseorang yang melangkah dibelakang bayangmu

Untuk seseorang yang telah menunggu ratusan hari, ribuan malam dan jutaan menit agar bisa memilikimu

Untuk seseorang yang telah menanam keyakinan bahwa kau 'kan datang

Untuk seseorang yang selalu menyelipkan namamu dalam doanya

Untuk seseorang yang selalu merasakan jutaan duri menancap di hatinya

Karena belum bisa bersamamu

Untuk seseorang yang terlelap dalam gelisah karena tak bisa memimpikanmu

Untuk seseorang yang kala mentari pagi-pun tak jua menyinari hatinya

Untuk seseorang yang tenggelam dalam keegoisan karena hanya menginginkamu


Untuk seseorang..

Jangan seperti ini

Berhentilah menunggu

Tidakkah kau lelah?

Tidakkah kau tahu kau hanya menggoreskan luka saja?

Sudah bertahun-tahun kau merindunya

Untuk seseorang..

Ini bukanlah soal kau berhenti menggapainya

Tetapi kau hanya perlu kembali bangkit melangkah ke depan

Rabu, 12 Februari 2014

Ronan Keating - When You Say Nothing At All

KYA KYAAA....... aku akui kalo lagu ini emang udah agak lama, tapi nggak bisa dipungkiri juga kalau justru pesona lagu-lagu lama emang lebih nge-HitZ cetar membahana badai (atau akunya yang orang jadul ya? :( ) 
POKOKNYA, kalian harus dengar lagu yg satu ini!!! OKAAYYY. :3 :3 *maksa

Photo by Google


It's amazing how you can speak right to my heartWithout saying a word you can light up the darkTry as I may I can never explainWhat I hear when you don't say a thing
The smile on your face let's me know that you need meThere's a truth in your eyes saying you'll never leave meThe touch of your hand says you'll catch me wherever I fallYou say it best, when you say nothing at all
All day long I can hear people talking out loud (oh…)But when you hold me near (oh, hold me near)You drown out the crowd (drown out crowd)Try as they may, they can never defyWhat's been said between your heart and mine
The smile on your face let me know that you need meThere's a truth in your eyes saying you'll never leave meThe touch of your hand says you'll catch me wherever I fallYou say it best, when you say nothing at all…oh
Oh, the smile on your face let's I know that you need meThere's a truth in your eyes saying you'll never leave meThe touch of your hand says you'll catch me wherever I fallYou say it best, when you say nothing at all
You say it best, when you say nothing at allYou say it best, when you say nothing at all(The smile on your face)You say it best, when you say nothing at all(The truth in your eyes)(The touch of your hand)You say it best, when you say nothing at all(Let me know that you need me)You say it best, when you say nothing at all (nothing at all)You say it best, when you say nothing at all (nothing at all)You say it best, when you say nothing at all (nothing at all)

Minggu, 02 Februari 2014

Inilah Sistem Pendidikan Kita

Photo by Google


Di Indonesia kita mengenal sistem pendidikan formal, non formal dan informal. Bentuk sistem pendidikan formal ini telah diatur oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) dan Kementrian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) berupa; pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
OH IYA, selama menjadi pelajar di Indonesia kalian enggak akan lupa dengan yang namanya UJIAN kan? HAYO HAYO.. Entah itu Ujian tengah Semester, Ujian Akhir Semester, Ujian Sekolah, Ujian Nasional atau cuma sekedar ulangan harian #BanyakJugaYa #Huft (semoga untuk mendapatkan kamu ga perlu pake ujian, ya :p ) tapi kenyataannya dengan banyaknya ujian seperti itu tidak menjadikan pelajar Indonesia semakin cerdas. Kenyataannya yang ada mereka semakin pintar untuk mencari celah untuk melakukan kecurangan. Tujuannya apa? Jawabannya sederhana: mengejar nilai bagus, sehingga esensi dari proses belajar itu menjadi terabaikan. Tak jarang mereka malah terbentuk menjadi seseorang yang egois dan study oriented.        
     
Yang lebih mencengangkan lagi adalah ketika Ujian Nasional (UN), kita tidak bisa menyangkal adanya fakta bahwa di dalam sebuah sekolah ada oknum yang membagikan kunci jawaban kepada para muridnya secara gratis, mudah, aman dan nyaman. Yang biasa mereka panggil dengan sebutan guru. Yeah, seorang guru gengs! *poker face* *zoom in zoom out* dengan petuah menggiurkan seperti, "kalau kalian lulus, orang tua kalian juga akan bahagia. bayangkan jika kalian tidak lulus.... *lalu diceritakan tentang pelajar yang bunuh diri karena tidak lulus*....." dan segala macam tipu muslihat yang memikat dan membutakan hati nurani. Manuver seperti ini sih sudah jelas hanya untuk menyelamatkan nama sekolah mereka, bayangkan saja apa yang terjadi jika sebuah sekolah presentase kelulusan muridnya pada Ujian Nasional (UN) tidak mencapai 100%. Jangankan 100% deh gengs, wong ada yang nggak lulus satu ekor orang saja akan menjadi perbincangan bagi para orang tua khususnya emak-emak. Kemudian, apakah mereka (para orang tua) akan mau menyekolahkan anaknya disana? Dan sekali lagi para murid harus tega membunuh setiap kejujuran dalam lubuk hatinya, keberanian untuk melawan ketidakadilan dan menyimpan erat-erat kemunafikan ini sampai mati. Penyesalan? Mereka datangnya belakangan aja, setelah kamu cukup bangga dengan nilai ijazah yang fantastis itu. But please, jangan bangga jadi tukang nyontek. Itu bukan prestasi yang bisa dimasukan dalam CV kamu. Percayalah bahwa usaha tidak akan membohongi.

Pertanyaan yang sama lagi, apakah sistem Ujian Nasional (UN) memang contoh sistem yang buruk? Haruskah sebaiknya UN dihapuskan saja? Jawabannya selalu pro dan kontra. Karena bagaimanapun juga UN telah dianggap sebagai sebuah tolok ukur untuk keberhasilan sebuah sekolah juga pengajarnya. It means, yang di uji bukan cuma pelajarnya saja tapi juga gurunya. Dan juga bertujuan untuk menyetarakan pendidikan. Tapi benarkah demikian? Dengan fakta di atas dan sudah merupakan rahasia umum, I don't think so. Berhasil meluluskan pembohong-pembohong dan memberdayakan para pengajar licik baru iya. Bayangkan saja setiap sekolah di seluruh Indonesia dengan keberagamannya harus disamakan dengan satu patokan pemerintah. Apakah semua sekolah memiliki sarana fasilitas belajar seperti; laboratorium, perpustakaan, atau praktikum yang sama? Apakah semua kompetensi guru sama? Iya, iya walaupun telah disusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikannya (KTSP), KBK, atau Kurikulum 2013 yang sama, tapi cara pengajarannya tetap saja beda. Apakah pengajar di sekolah terbaik di Jakarta -misalnya sama dengan sekolah di daerah terpencil nan tertinggal? Gini nih contohnya, dua orang yang sama-sama harus diving, yang satu pakai perlengkapan menyelam lengkap yang satu lagi cuma pakai kolor.. (bukan kolor ijo) apa gak sesek napas tuh yang pake kolor doang?
Meskipun dalam ujian masuk perguruan tinggi menggunakan soal yang sama (ujian SBMPTN misalnya) tetapi masing-masing perguruan tinggi memiliki cara penilaiannya sendiri untuk menyeleksi mahasiswa idealnya.


Kita memang hidup yang segalanya diatur oleh sistem. Aku juga baru sadar geng, semuanya itu telah diatur oleh sistem. Entah itu sistem ekonomi, sistem politik dan lain sebagainya dan sudah berlangsung sangat lama. Dan baru sadar juga terkadang ada sistem yang nggak masuk akal. Hmm..

Kamis, 30 Januari 2014

Aku Hanya Tidak Bisa Membenci Hujan

Picture by: Google


Ini sudah yang ketiga kalinya di bulan Januari rumahku kembali disinggahi oleh tamu-tamu yang sering hadir jika hujan terlalu deras atau terlalu lama mengguyur di  kota tempat ku tinggal. Iya, apalagi kalau bukan banjir. Such a hard candy with the surprise center in the beginning of the year. Entah kenapa, hujannya selalu mengguyur di kala malam tiba, ketika sebagian orang sedang memasuki fase Rapid Eye Movement (REM) alias lagi nyenyak-nyenyaknya bobok. Dan ketika terbangun, air sudah mengepung seluruh sudut ruangan di dalam rumah. (KYAAA kita diserang negara air!). Zonk.

Teringat akan satu tahun yang lalu, tepat ketika aku masih kelas 3 SMA musim hujannya nggak gini-gini banget. Aku untungnya tidak pernah sampai bolos sekolah karena kebanjiran, at least cuma ngaret berangkatnya. Dan kini aku turut prihatin dan ingin memberikan puk-puk ketika lihat di timeline twitter, ketika sudah kelas 3 tapi harus bolos karena banjir. Padahal, tau sendirilah mereka akan menghadapi yang namanya Ujian Nasional beberapa bulan lagi dan kayaknya melewatkan satu pelajaran aja tuh worth banget... iya gak sih? iya-in aja. But I don't mean to blame juga, karena besar kemungkinannya ketika banjir mereka akan sulit mendapatkan transportasi menuju sekolah atau keadaan di sekitar rumahnya benar-benar gak memungkinkan untuk berangkat sekolah.

Dengan berbagai aktifitas yang dapat 'terhambat' dengan adanya hujan (don't make this an excuse..:-( ) dan musibah banjir, mungkin orang-orang akan menyalahkan hujan dan kadang berdoa agar hujan tidak turun. Kalau aku, sangat menyukai hujan. Mungkin bagi sebagian orang, hujan menjadi reminder akan kenangan di masa lalu, entah itu adalah kenangan yang menyenangkan sehingga layak untuk diingat atau malah sesuatu yang tidak seharusnya kembali muncul. Dan bisa jadi aku salah satunya. 
Seringkali aku mengharapkan hujan lebih lama turun agar aku dapat menikmati pemandangan akan kumpulan awan nimbostratus dan langit yang telah tertutup dan berubah menjadi kelabu. Tiap tetesan air yang menghujan jatuh ke bumi, membasahi tanaman-tanaman yang haus lagi kering. Berada di antara lalu-lalang orang yang sibuk mencari tempat untuk sejenak berteduh, sambil berjalan dibawah hujan dan menghirup aroma tanah yang basah karena hujan adalah kesenangan tersendiri bagiku. Kemudian, aku sering merasakan adanya suasana yang berbeda --suasana yang aku sendiri sulit untuk menjelaskannya.

Rasanya seperti, ini adalah hujan yang sama di kemarin hari. Hujan yang tak pernah berubah.
Mungkin kini hanya aku, dan kamu yang berubah. Atau mungkin juga mereka..

Lagipula gengs, hujan adalah nikmat yang diberikan oleh Allah dan salah satu waktu untuk berdoa yang di ijabah (baca: di kabulkan) oleh Allah. Jadi, sebetulnya yang perlu disalahkan atas kejadian banjir itu manusianya, bukan hujannya yaa..




*Dan untuk saudara-saudara kita di luar sana, mari kita berdoa untuk #BanjirJakarta #Manado #Sinabung dan berbagai kota yang sedang dilanda bencana alam.

Minggu, 26 Januari 2014

Hanya Sebuah Tulisan..

Siang hari ini sang matahari tidak ragu untuk memancarkan sinarnya, membangkitkan semangat dan produktivitas yang sempat tersembunyi beberapa hari yang lalu dan memunculkan kembali beberapa pertanyaan yang terus-menerus, lagi dan lagi memenuhi pikiranku akhir-akhir ini dan memaksaku untuk menemukan jawabannya.*apasih *apalah *abaikan saja

Photo by Google

Aku teringat akan film 'Gie' yang ku tonton beberapa hari yang lalu. Pada sebuah adegan yang berisi percakapan antara Gie dan seorang temannya, saat itu temannya bertanya mengapa Gie menjadi seseorang yang suka menentang. Kemudian Gie menjawab, "Kita tidak boleh begitu saja menerima nasib buruk yang terjadi dalam hidup kita dan menganggapnya sebagai kutukan. Jika kita ingin bebas, kita harus belajar terbang".
Kira-kira begitulah Gie menjawab pertanyaan temannya. Sejenak aku pun berpikir, bukankah sebetulnya nasib baik atau buruk itu relatif? Bukankah itu tergantung bagaimana kita memandang dan menyikapinya?
Disini aku tidak berbicara tentang penjajahan atau pemimpin yang bersikap dzalim pada rakyatnya --karena nantinya akan out of topic.
Sebetulnya, kenapa sih kita bilang sesuatu itu 'nasib buruk?' Karena tidak sesuai dengan ekspektasi kita selama ini kah? Apakah itu sungguh sangat buruk amat sekali? *lebay mode ON. Atau bisa jadi kita-nya saja yang kurang bersyukur.
Jadi begini, ada sebuah cerita tentang anak manusia yang merasa memiliki nasib buruk. Everything seems like the mistakes gitu deh. Doi merasa salah jurusan, menurutnya hal ini disebabkan ketidakadaannya passion dan visi di dalam jurusan tersebut. Doi pun sempat kepikiran untuk mencoba lagi di angkatan tahun selanjutnya. Tetapi karena menimbang beberapa faktor, hal tersebut menjadi tidak sederhana, seperti; bokap si doi yang nggak setuju doi mundur satu tahun, membagi waktu antara serius belajar untuk tes lagi dan kuliah dan segala macam aktivitas mahasiswa dan lain sebagainya yang aku pun bingung menuliskannya.

Hidup itu pilihan
Aku kenal dengan seseorang yang memiliki kasus seperti itu. Aku nggak tahu sih alasan kenapa dia sampai rela ikutan angkatan di bawah dia demi bisa pindah jurusan. Tapi yang jelas sih jurusan dia yang sekarang ini emang lebih 'wah' dan luckily, dia bisa survive di jurusan itu dan sekarang sudah berada di semester akhir. Pada kasus si doi, doi juga sebenarnya bisa kan? Layaknya seorang nahkoda kapal, selagi sempat ia dapat memutar balik kapalnya dan berlayar di jalur yang benar bukan?
Entahlah..
Sebenarnya aku pun tidak tahu tweeps...
Aku bingung...
Karena sesungguhnya menuliskan petuah-petuah bijak dan menasehati itu mudah sekali..
Bisa saja pada kasus si doi, doi ini hanya mengalami syndrome pasca melahirkan mahasiswa semester satu--seperti kebanyakan mereka yang labil dan akan berteriak histeris, "AH AKU SUDAH TIDAK TAHAN LAGI DI JURUSAN INI! AKU MAU COBA SBMPTN LAGI!....." 
namun kemudian setelah mengikuti sbmptn tahun berikutnya mereka gagal dan.... Balik lagi ke jurusan itu. (ini berdasarkan mini survei yang aku lakukan)

Aku ingat, ada yang pernah bilang padaku kalau hidup itu pilihan. Even tough, kita memilih untuk tidak memilih. Dan jika sudah memilih, kita harus fokus didalamnya.
Yang aku bingung, bagaimana kita tahu pilihan itu baik atau buruk agar tidak berimbas pada nasib buruk? Mungkin itulah mengapa kita perlu shalat istikharah, kalau dalam Islam. Agar keputusan yang akan kita jalani dan ambil tidak salah di kemudian hari. Insya Allah.
(Alhamdulillah ya, zuper sekali, pelajaran ane waktu sekolah dulu masih nyantol di otak :") )

Baiklah mari kita doakan agar si doi ini segera menemukan tambatan hatinya jalannya..

Sabtu, 25 Januari 2014

We Were Gonna Miss You, Bali!

On January the 11th-14th 2014, We were went to Bali. I mean, me, my sisters and my sisters friend. We left Jakarta on Saturday morning by plane. Okay here we go.. Enjoy!



Ngurah Rai Airport. Taken from inside the taxi. *Mr. Taxi Taxi Taxi..... *SNSD Backsound




Tugu Peringatan, Kuta. The place where we are reminded of the Bom Bali I and II's victims.



Did you know how the feeling of snorkling in the middle of rain? Freezeeee....



Pandawa Beach. I just can't stop saying, "pengen gue bungkus deh ke Bekasi..."



Sunset at Jimbaran. "This is the most romantic dinner as long as we were siblings..". Guess who saying that?








I just wanna feel the wind gusts, beach waves, and the sand beach. I really just wanna 'be there'....



My big sissy. I would thanks to her, my lovely big sissy