Senin, 21 April 2014

Selamat Hari Kartini, Wanita Indonesia.

Suatu pagi yang cerah, di tengah ramainya hiruk-pikuk kendaraan yg melintasi depan sebuah SD negeri di kawasan Depok, ada sesuatu yang menarik disana ketika kau amati baik-baik.
Saat itu banyak kendaraan roda dua terparkir di luar gerbang SD tersebut. Banyak pula orang tua murid yang terlihat sedang menanti. Aku dan tiga orang temanku kemudian mendekat, terlihat banyak dedek-dedek unyu sedang memakai pakaian adat. Ada yang memakai pakaian adat Bali, Betawi, Padang, dll.. "Yang paling enak mah kalo punya anak cowok. Bajunya simpel gitu" komentarku ketika melihat barisan anak laki-laki. "Iya, kasih aja baju koko jumatan sama songket. Wkwk" sahut temanku.

* * *

Semoga dengan membaca tulisan ini, tidak ada lagi anggapan bahwa seorang wanita tidak perlu memiliki pendidikan yang tinggi, alias "Ujung-ujungnya Dapur".

* * *

Raden Ajeng Kartini, adalah puteri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang bupati Jepara. Semasa hidupnya, RA Kartini memperjuangkan emansipasi wanita lewat pemikiran dan tulisan-tulisannya. Ia kerap melakukan korenpondensi kepada sahabat-sahabatnya di Belanda. Ia sangat tertarik dengan persamaan hak antara pria dan wanita di Eropa, juga cara berpikir mereka. Kartini menganggap, wanita pribumi masih berada dalam status sosial yang kurang.
Setelah wafat, surat-surat Kartini yang dulu pernah ia kirimkan kepada teman-temannya, mulai dibukukan oleh Mr. J.H. Abendanon yang berjudul: "Habis gelap terbitlah terang". Buku ini juga yang telah memberi inspirasi dan menggugah pikiran pada banyak wanita pribumi.

Dengan mengatasnamakan emansipasi, saat ini banyak sekali wanita yang dapat melakukan hal-hal yang biasa dilakukan oleh seorang pria. Termasuk pekerjaan. Mereka menjadi terlalu mandiri dan sulit terkontrol. Padahal, dalam beberapa hal pula wanita ingin diberi hak istimewa (gerbong kereta khusus wanita, tempat duduk, apa-apa ladies first). Jadi sebenarnya, sudah fitrahnya seorang wanita ketika sudah berumah tangga adalah mengurus keluarga (suami dan anak-anaknya). Tetapi aku juga nggak setuju dengan anggapan bahwa wanita tidak perlu mengenyam pendidikan yang tinggi, karena dari seorang ibu-lah seorang anak di didik untuk pembentukan karakternya semenjak dini. Dan jangan lupa, seorang ibu yang cerdas akan melahirkan anak-anak yang cerdas pula. :)